Profil Tokoh Pengarang Kitab Hadits ( Kutubussittah) pada Masa Dinasti Abbasiyah
Imam Bukhori.
Nama
lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqirah
Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir bulan Syawal 194 H di Bukhara,
Uzbekistan, Asia tengah sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam
kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah Bukhari dikenal sebagai
seorang yang wara’, seorang ulama bermazhab Maliki dan murid dari
Imam Malik, ulama besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih
kecil. Imam Bukhari sudah melakukan pengembaraan menuntut ilmu sejak
berusia sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah,
Kufah, Mekkah Mesir, dan Syam. Imam Bukhari berguru pada Syekh Ad-Dakhili.
Ulama ahli Hadist yang mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun ia
mengunjungi kota suci Makkah dan Madinah untuk mengikuti kuliah dari para
guru besar Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak dan Waki’
bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun Hadist-Hadist
shahih dalam satu kitab. Dari satu juta Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi
disaring menjadi 7.275 Hadist. Untuk mengumpulkan dan menyeleksi
Hadist Sahih, Imam Bukahri menghabiskan waktu selama 16 tahun
mengunjungi berbagai kota untuk menemui para Rawi Hadist. Diantara kota-kota
yang disinggahinya antara lain Basrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah),
Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat. Di antara ulama Hadist yang yang
termasuk guru Imam Bukahri adalah Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya
bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi.
Selain itu, banyak ahli Hadist yang berguru kepadanya, diantaranya
Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr, dan Imam
Muslim. Imam Bukhari merupakan ulama Hadist yang banyak menulis
kitab-kitab Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih
Bukhari, al-Adab al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at-
Tharikh al- Aushat. At- thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful
yadain fi as-Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara
karya-karya tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al-
Mukhtasar min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih. Imam al-Bukhari wafat
pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun. Jenazahnya
dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand. Baca Juga : 12 Kitab
Hadits yang Sangat Terkenal Pengertian Hadits Mutawatir dan Macam-macamnya Pengertian
Hadits Mursal, Macamnya, Contoh Serta Hukumnya Kedudukan dan Fungsi Hadits
Sebagai Sumber Hukum Islam
Imam Muslim.
Nama
lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz
Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H/ 817 M.
Naisabur, saat itu termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal
dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang
Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah. Naisabur pernah menjadi pusat
pemerintahan dan perdagangan kurang lebih 150 tahun pada masa Dinasti Samanid.
Bahkan, kota Naisabur dikenal juga saat itu sebagai salah satu kota ilmu,
tempat berkumpulnya ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia
Tengah. Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadist. Kecerdasan dan
ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun,
sering datang berguru kepada Imam Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya.
Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal Hadist dan berani mengoreksi kekeliruan
gurunya ketika salah dalam periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist
menjadikannya pngembara ke berbagai tempat dan untuk mendapatkan silsilah yang
benar sebuah Hadist. Imam Muslim banyak menulis kitab-kitab Hadist,
diantaranya yang termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal
sebagai Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal, al-Qaran,
Sualat Ahmad bin Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man
laisa lahu Illa Rawin Wahid, kitab Auladish-shaba , dan kitab Auham
al-Muhaddisin. Selain itu, yang paling mashur adalah ash-Sahih, yang judul
lengkapanya adalah al-Musnad as-Shahih al- Mukhtashar Min as-Sunan bin
Naql al-Adl’an Rasul Allah, berisi 3,033 Hadist. Beliau wafat pada
hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad, salah satu daerah di luar
Nisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia 55
tahun.
Imam Abu Dawud.
Nama
lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr
Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Sejak
kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Belum cukup dewasa,
sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri seperti Hijaz, Syam,
Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain, untuk belajar
Hadist dari para ulama. Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring dan
hasil penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan. Abu Dawud mengunjungi
Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan
menggunakan kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu
dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur dalam empat Imam
Madzhab. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gubernur setempat
yang menghendaki supaya Basrah menjadi pusat bagi para ilmuwan dan
peminat Hadist. Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat banyak
jumlahnya, diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir,
Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid At-Tayalisi dan
lain-lain. Sebahagian dari gurunya ada yang menjadi guru Imam
Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan
Qutaibah bin Sa’id. Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau mengambil
ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya
sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali
al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan
lain-lain. Abu Dawud adalah salah seorang ulama besar yang
prilakunya wara’, saleh dan bijksana. Sifat-sifat mulianya
diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan: “Abu Dawud
menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan
pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai
Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur
menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia menyerupai
Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam
sifat-sifat tersebut.” Imam Abu Dawud menulis banyak kitab Hadist,
antara lain: Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab
Al-Qadar, An-Nasikh wal-Mansukh, Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. Dala’il
an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang banyak dikenal
di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud. Abu Dawud
meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889 M.
Imam At-Tirmidzi.
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Isa Muhammad bin
‘Isa bin Saurah bin Musa bin Adh Dhahak As Sulamy At Tirmidzi. Lahir tahun 200
H. Imam Tirmidzi
banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah,
Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam
bab Hadist Hasan disebutkan bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah induk Hadist
Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang dipastikan
kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan An-Nasai’, ketiga
bagian yang jelas illatnya, keempat dalam hal yang ia terangkan dalam
katanya sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah
diamalkan oleh sebagian ulama’’. Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah
yang diisyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau:
‘kitab At-Tirmidzi bagiku lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari dan
Muslim’. Kitab At-Tirmidzi menurutnya bisa dicapai oleh setiap orang,
baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya. Setelah menjalani
perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi, bertukar pikiran
dan mengarang pada ahir hidupnya dia menderita penyakit buta, beberapa
tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian
meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8
Oktober 892 dalam usia 70 tahun.
Imam An-Nasai.
Nama
lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan
an-Nasai, lahir pada tahun 215 H. Dikenal dengan nama Nasa’i
dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasi’i
menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh
Hadist di Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab. Imam
Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan An-Nasa’i
mengandung lebih sedikit Hadist Dhaifnya, setelah Hadist
Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara para gurunya adalah
Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist
bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi.
Adapun ulama-ulama yang pernah berguru kepadanya diantaranya: Abu
Al-Qasim At-Tabarani (pengarang kitab Mu’jam), Abu Ja’far
At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin
Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni.
Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan al-Kubra
yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz,
Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan
Manasik al-Hajji. Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M dan
dimakamkan di Bait Al-Maqdis, Palestina.
Imam Ibnu Majah.
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin
Majah Ar-Rabi’i Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah
terkenal kejujuran dan akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209
H/824 M. Sebutan Majah dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal
dengan nama Majah Maula Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan
menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali
bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal
inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna
mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi,
antara lain Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir
dan Hijaz. Ia menerima Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat
yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin
Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan
para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al-Lays.Juga dari Ishaq
bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan
sebagainya. Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai
tempat inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan
Hadis dari sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya. Sepanjang hayatnya,
Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah,
fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul
Karim. Di bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi para perawi Hadist
sejak awal hingga ke masanya. Adapun karyanya yang paling monumental dan
populer di kalangan Muslim dan literatur klasik adalah kitab di bidang Hadist
berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi,
penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah
Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis. Kontribusinya
di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu Hadis, banyak mendapat
pujian dari para ulama besar lainnya. Abu Ya’la Al-Khalili Al-Qazwini
mengatakan, “Ibnu Majah adalah seorang yang terpercaya, yang
disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya.
Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. Begitu juga
Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur mengatakan dalam kitabnya,
Al-Bidayah: “ Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang
masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan
pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis
dan usul serta furu’.” Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887
M, di tanah kelahirannya, Qazwin, Irak.
Komentar
Posting Komentar